Bukit Teletubis dan Pulau Merak Kecil
Siapkan
selayer baduy ikat dileher, Tas gendol, jangan lupa dilapisi Switer alumni. Setelan
gue banget, oke lupakan. Langsung ajah kalau melihat orang yang pakaian
ciri-ciri yang disebutin diatas berati gue, eh ketinggalan berambut Poni
ala-ala artis Korea gitu, silahkan kalau mau muntah.
Sabtu
kali ini para travling kru Xpresi bakal mengunjungi Merak dan Pulaunya dengan
harga 35.000 rupiah untuk iuran makan dan menyewa kapalnya, woow mantap. Mau
tahu nggak? Tempat yang akan dikunjungi yaitu (jrengg..jreng..jreng) Bukit Teletubis
dan Merak kecil yeehh (loe kira lagi bagi-bagi hadiah). Tapi jujur sih kalau
denger kata merak sama cilegon, kayanya gimana gitu. Tetapi tidak menyurutkan
tekad gue buat melihat ciptaan alam Sang Pencipta yang indah. Walapun pada
waktu itu berangkat embun pagi yang masih menutupi alang-alang dan jalan perumahan
membuat dingin hingga meresap ke kulit arghh. Sekali lagi rasa penasaran yang
dapat melupakan gue akan kedingan, hujan, badai, dan tsunami, oke lupakan.
Dengan intruksi yang kemarin sudah
sampaikan semua kumpul di Radar Banten jam 06.00 tepat, untuk kali ini bukan
gue lagi tersangka orang yang telat hahaha (Ketawa jahat), secara gitu loh.
Akhirnya
jam 06.15 kru Xpresi sudah pada datang, bergegas menuju Kota Cilegon untuk
bertemu kru yang tinggal di Cilegon sekira Lima Belas menit sampai di simpang
untuk menunggu Adez, Haris. Ketika sampai di Simpang kayanya ada kru yang
kurang ternyata Teh Nita sama Nadia yang belum kumpul.
“Oh
yh, kayanya ada yang kurang Teh Nita sama Nadia kemana tuh,” Tanya gue.
“Kalau
Teh Nita sih, lagi UAS katanya entar nyusul. Kalau Nadia katanya lagi dijalan,”
jawabnya.
Hmm
sudah kuduga (meme comic). Terpakasa pas berhenti di simpang juga para kru
lumayan menuggu sambil makan lontong dan gorengan bakwan yang dibawa adez
langsung dilahap para kru.
“Coba iyoey lo ken PJnya coba telpon
Haris,” sahut Bang Hilal.
“Oke bang,” jawab singkat sambil
makan bakwan.
Beberapa kemudian menit gue telpon
Haris.
“Halo Ris, lagi dimana anak-anak udah
pada kumpul di Simpang nih,” nada aggak keras sambil kerasin speaker.
“Gue dirumah lagi nuguin ayam direbus
nih, bentar lagi mau mateng tunggu ajah disitu entar gue kesitu,” teriaknya
kesibukan.
Akhirnya ketika Negara api menyerang,
oke lupakan. Akhirnya Haris muncul juga batang idungnya, lalu dia muter balik
ke arah Merak. Beberapa menit kemudian setelah habis gorang bakwanya langsung
bergegas menuju destinasy Bukit Teletubis yang lumayan jauh sekira 15
menit perjalanan. Eh tiba-tiba kru Xpresi baru sampai pas ke banget mau ke
Bukit Teletubis akhirnya langsung gabung dalam barisan.
“Eh Nadia telat ajah untung nggak
ketinggalan mau naik ke Bukitnya,” gumam salah satu kru.
“…” diam.
Tak terasa matahari mulai menjungjung
tinggi panas yang terhingga mulai menusuk kulit yang berlapis Sewiter gue, mata
yang mulai menoleh ke kanan dan kiri sambil mengendarai motor Yamaha mio
berwarna Hijau. Sunguh ironis kanan dan kiri dipenuhi pabrik yang membuat Global
Warning, selain itu juga membuat warga terasa mengagngu asap yang
dikeluarkan oleh pabrik. Padahal kalau dikelolah menjadi tempat wisata mungkin
lebih bagus dari pada menjadi tempat yang membuat rusak alam.
Ternyata manusia itu jahat, bicara dalam hati. Panas yang mulai
merasap kulit sekira jam 09.45 sampai juga di Bukit Teletubis, ternyata apa
yang gue liat hanya geresang diatas sana. Entah apa akibatnya, yang membuat
Bukit tersebut gersang tak lagi hijau tapi tak apa dengan rasa penasaran gue naik
dengan rasa semangat haha. Kali terulang kembali tragedi Gunung Pulaosari
karena untuk menikmati Bukit Teletubis naik keatas yang lumayan tinggi hehe.
“Waduh ini mah, sama kaya naik Gunung
Pulosari cuman bedanya kalau di Bukit gersang banget,” celetuk salah satu kru.
“Yah gitu deh, emang sampe ke atas
sekitar jam berapa,” tanya gue sambil buka Switer.
“Yah sekitar 10 menit lah,” jawab
haris sambil foto-foto.
Setelah motor diparkirin langsung
mulai didepan rumah warga, langkah-langkah kecil mulai menaiki Bukit gersang
dengan matahari yang mulai menbakar kulit, semua ini gara-gara Negara api
menyerang, oke lupakan.
Dengan melawati alang-alang, lembah,
sungai (dikira ninja Hatori kali). Walapun begitu tidak menyurutkan semangat
kru Xpresi untuk sampai di puncak Bukit sehingga kita semua bisa menikmati ciptaan
Allah yang begitu indah, Itulah cara untuk bersyukur kepada-Nya, jamaah eh
jamaah Alhamdulilah (Efek liat acara ustad maulana).
Baru setengah perjalanan para kru
mulai kelelahan akhirnya berteduhu dipohon yang gersang, lumayan buat berteduh.
“Bang itu karung buat apan,” tanya
kepo salah satu kru.
“Buat barung diatas bukit,” jawabnya.
Beeh bukan loncat yang ada tapi
ngegelinding, gumam
dalam hati. Beberapa menit berteduh dilanjut perjalanan naik ke atas bukit,
diselingi sedikit foto di tenagah jalan membuat berbagai fose dilakukan demi
mendapatkan view yang bagus, termasuk gue haha. Sudah mulai keliatan
laut Merak, kapal-kapal yang sedang berlabuh dipelabuahan Merak. Semkin penasaran
ingin sampai ke puncak, akhirnya sampai juga diatas bukit.
Subhanallah bagus banget, sanjung dalam hati. Ketika gue udah
sampe diatas puncaknya, gue serasa dikelilingi bukit-bukit dan lautan yang
terbentang biru, sedikit hiasan pulau-pulau. Hanya saja pandangan gue tergangu
sama juga pabrik-pabrik yang bikin kelilipan mata. Tapi yah sudahlah, ambil Hp
dikantong langsung berpose dengan keindahan diatas puncak Bukit teletubis.
Setelah beberapa jam dipuncak, karena mataharinya mulai naik dan mulai panas
akhirnya bergegas turun untuk melanjutkan ke pulau kecil Merak.
Stok air sudah habis mampir dulu di
Alfamart untuk membeli air, lalu bergegas menuju pulau Merak kecil. Karena ada
Kru yang sudah nunggu diterminal.
“Udah pada turun belum, saya udah
sampai diterminal nih,” SMS masuk Teh Nita.
“Udah turun, nih lagi OTW ke terminal
tunggu disitu,” balas gue.
“Hmm berati aku ngak ikut naik ke
atas bukit nih,” masuk SMS sambil kasih emot nagis gitu.
Lalu menuju terminal para Kru sekira
15 menit sampai diterminal, akhirnya sudah komplit langsung caw menuju pulau
kecil. Untuk sampai ke pulau Merak harus menggunakan kapal, biaya untuk
nyebrang ke kapal hanya Rp10 murah meriah. Ngak perlu mengeluarkan uang banyak
kita bisa melihat kapal Ferry dan kapal-kapal yang besar sedang parkir
didermaga. Selain itu juga suara klakson yang mengema tuut..tuut..tuut (suara
kapal Ferry), untuk sampai ke pulau Merak hanya 5 menit.
“Wiih indah banget vrooh lautnya,
pulaunya juga,” gumam gue sambil pegangan kapal menikmati angin laut.
Akhirnya sampai juga ditempat Destinasy
terakhir, sekaligus disambut monyet pulau woow. Tidak berfikir panjang
langsung cari tempat untuk bersantai, angin lautnya bikin betah sampai
mataharipun tidak terasa panas dikulit (jiah haha, lebay). Bersantai juga di
pulau dengan kapal yang Ferry yang besar, setelah itu langsung rapat proyeksi
dengan tenaga yang sudah aggak lemas dan perut yang mulai berdengang menandakan
untuk waktunya makan. Sepuluh menit kemudian rapat selesai, nah ini yang
ditunggu. Rapatkan batu tuangkan arangnya untuk siap-siap bakar ayam, hmm yami.
Akhirnya waktu yang ditunggu sudah datang lalu arang dibakar dengan kumpulan
kertas seadanya hingga merata seperti panasnya yang sekarang mulai ditengah
membuat panas yang begitu menusuk kulit, tapi tak mengapa perut kalau sudah
berkata semuan berasa dingin.
“Mana ris ayamnya arang sudah panas
nih,” sahut salah satu kru.
“itu daun-daun yang ada di arangnya
dipinggirin, bisa merusak cita rasa ayam bakar,” nada santai sambil sedikit
molesin ayam dengan bumbu.
“oke pak Chef bisa diatur,” jawab kru
sambil ngipas arang
Setelah semuan arang sudah merata
panasnya, mulai mengipas ayam diatas arang dengan semangatnya mengipas
sampai-sampai, tuh ayam bukannya merata panasnya malah kebakar. Untungnya sudah
ada Chef nya yang akan menanginya. Memang bakar ayam dipantai tuh rasanya
cenat-cenut gitu lah, tidak menunggu lama ayam bakar karya Chef Haris pun jadi. Langsung disantap oleh Kru Xpresi yang
sudah kelaparan dari tadi, selain itu juga memang ayam bakarnya mengoda bingit
jadi tanpa komando langsung memakannya.
“ini bikinan Haris,” kata Teh Nita
sambil makan nasi dimulutnya.
“Oh iyah dund,” jawab Haris.
Dengan lahapnya tak terasa ayam yang
tadinya sempurana tinggal tulang belulang, mungkin saking laparnya jadi cepet
habisnya. Setelah kekenyangan waktunya sesi foto bersama sampai memory penuh,
tak terasa jam menunjukan setengah dua lewat akhirnya bergegas menuju rumah
Haris untuk bersantai ria. Perjalanan pulau Merak menuju rumah Haris lumayan
jauh sekira 20 menit untuk sampai ke rumahnya, sesampainya dirumah Haris para
Kru langsung mengambil posisi tubuh lebih santai. Setelah istirahat dan salat
para Kru langsung berpamitan untuk pulang ke rumahnya masing-masing.
“makasih yah Ris, udah negerepotin
dirumahnya,” ucap para Kru yang mulai terlihat cape.
“oke sama-sama, kapan-kapan main lagi
dirumah,” sahutnya.
Setelah itu pulang masing-masing ke
rumahnya karena sudah kecapain, ingin cepat
sampai dirumah dan istirahat sepuasnya.
0 komentar