Moli Tour Literasi ke FTBM Kabupaten Tangerang



Selepas subuh. Di hari minggu (7/5) aku dan teman-teman Motor Literasi (Moli) tour literasi ke daerah Kabupaten Tangerang, dengan membawa buku sumbangan dari KPK sebanyak 300 buku untuk Forum Taman Baca Masyarakat Kabupaten Tangerang yang akan dibagikan ke Taman Baca Masyarakat (TBM). Perjalanan kali ini kami menempuh sekira 12 Km, mungkin ini perjalanan jauh yang pertama. Sebelumnya hanya di sekitar Serang dan Rangkasbitung.
Seperti biasa subuh kami harus bergegas bangun dan bersiap untuk menuju Kabupaten Tangerang. Ketiga temanku yang tidur di dalam pendopo Rumah Dunia, masih asyik dengan mimipinya, padahal jam sudah menujukan setengah enam. Anggota Moli wati datang di waktu yang tepat, membangunkan teman yang sedang terlelap tidur. Biasanya mendengar suara wanita, laki-laki akan reflex mendengar suaranya akan bangun, dan ternyata betul sekali ketiga laki-laki itupun langsung bangun seketika.

Pagi yang dingin nan gelap ini, tidak biasanya teman-teman Moli dan saya bisa bangun pagi. Dengan mata setengah sadar beranjak dari tempat tidur, bergegas untuk cuci muka dan mempersiapkan buku-buku yang akan di bawa. Ketika Kang Firman datang kami tinggal berangkat. Rencananya seperti itu, tapi kenyataannya terhambat oleh kedua motor vespa dari teman Moli yang tiba-tiba tidak hidup. Kami pun harus menunggu sekira setengah jam, untuk menunggu kedua motor itu hidup.

Walapun pagi-pagi harus mendorong-dorong, sekaligus berolahraga lari-larian bersama vespa. Afin salah satu anggota Moli terlihat bercucuran keringat hingga menembus di sela-sela bajunya. Tak sia-sia, hasil mendorong bolak balik dari kedua vespa, akhirnya menyalah, ternyata setelah ditelusuri yang bermasalah adalah gusinya lalu diganti gusi yang lain. Setalah selasai semuanya sudah tidak ada masalah, kami pun berangkat menuju Kabupaten Tangerang, kali ini membawa pasukan Moli sebanyak tujuh orang ditemani tiga wanita Moli wati.

Untuk sampai ke sana kami melalui jalur belakang yakni Ciruas, Pontang, Tanahara, Keresek, dan Kronjo. Memasuki daerah Ciruas-Pontang kami disuguhkan dengan view sawah yang terhampar luas, udara yang sejuk, wakktu itu masih sedikit yang lalu-lalang kendaraan yang melewati jalur Ciruas-Pontang. Sehingga kami bisa bersantai mengendarai motor di kecepatan 40 sampai 60 Km.

Beberapa menit memasuki jalan Ciruas-Pontang, tiba-tiba hujan rintik-rintik membasahi baju dan helm yang saya pakai. Walapun gerimis membasahi baju, kami terus melanjutkan perjalanan. Setelah memasuki daerah Pontang,  gerimis itu pun menghilang, berganti dengan cahaya matahari yang muncul dari ufuk timur. Tujuh relawan Moli ini pun terus melaju, sambil menikmati masyarakat Pontang yang sedang mandi di pinggir sungai, ada yang sedang mandi dan mencuci pakaian.

Kami pun terus melaju, walapun jalan yang kami lewati teras bergelombang banyak lubang yang berkeliaran di jalan. Dengan sedikit melambatkan kendaraan, untuk berhati-hati agar tidak terjadi sesuatu. Memasuki daerah Tanahara kami lagi-lagi disuguhkan dengan pemandangan sawah yang terhampar luas. Matahari yang mulai meninggi, cahayanya yang mulai merasuki kulit.

Setelah beberapa jam melewati Tanahara, kami memasuki perbatasaan antara Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang, kedua daerah ini dipisahkan dengan sungai. Ketika ku memandang kiri dan kana diatas jembatan, banyak kapal-kapal yang berlabuh di pinggiran sungai. Kami pun memasuki daerah Keresek lalu Kronjo. Target Moli mengunjungi Forum Taman Baca Masyarakat (FTBM) Kabupaten Tangerang ingin bersilaturahim, berbincang-bicang dengan pengurus TBM di Kabupaten Tangerang, sekaligus mengirim buku-buku sumbangan dari KPK untuk TBM di Tangerang sebanyak 300 buku.

Sesampainya kami di Desa Rancalabuha, Kec. Kemiri, Kab. Tangerang. Kami di sambut oleh Bang Andri Ketua FTBM Kabupaten Tangerang. Di sana kami para relawan Moli akan menghibur anak-anak, dengan mendongeng oleh tiga Moli wati yakni Rona, Fitri, dan Nufus. Kebetulan tak hanya Moli yang mengunjungi FTBM Kabupaten Tangerang, dari 1001 Buku dari Jakarta, lalu alumni SMA 4 Jakarta, sama tujuannya seperti Moli menyumbangkan buku ke FTBM Kabupaten Tangerang.
Momen ini sebenarnya tidak terencana, ternyata bisa berkumpul di waktu yang sama. Kang Firman Venyaksa ketua FTBM Nasional dan pengagas Komunitas Moli ini, memberikan sambutan dan motivasi kepada para relawan pegiat literasi, sekaligus menceritakan sewaktu beliau di undang  Presiden Joko Widodo di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ke Istana Kepersidenan. Pertemuannya di istana beliau memberikan 8 butir pesan kepada Presiden RI tentang literasi, salah satunya tidak percaya bahwa masyarakat Indonesia rendah membaca. Tetapi akses buku untuk menuju ke sana (TBM) yang sulit. Karena memang buku dengan ongkos pengiriman lebih besar dari pada buku yang dikirim. Sehingga kegelisahan itu menjadi pekerjaan rumah kami sebagai pegiat literasi, bagaimana caranya buku itu sampai ke tempatnya.  

Untuk itu, berharap agar pemerintah mengoptimalkan ketersediaan dan akses buku yang merata sampai ke desa-desa dan daerah terpencil. Karena kuncinya adalah akses buku itu sampai ke tempatnya yakni TBM. Di Indonesia sudah memiliki sekira 600 ribu TBM yang tersebar, tentu hal ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan minat baca yang rendah tetapi akses buku untuk sampai ke TBM-TBM sulit sampai tujuan.

Maka bermuculan pegiat literasi seperti Moli, 1001 buku, dan lain-lain. Bersedia menghatarkan buku ke TBM dengan sukarela. Tentu hal seperti inilah yang harus di cari tenaga relawan yang sangat dibutuhkan dan keikhlas dalam membantu kegiatan literasi, walapun tidak di bayar. Karena menurut Anies Baswedan bahwa relawan tidak di bayar bukan berarti tidak ternilai, karena memang tak ternilai. Sebegitu berharganya seorang relawan, menjadi orang yang paling berharga sekali di mata orang-orang hebat. Karena dengan relawan membuat suatu perubahan lebih cepat.

Seperti halnya yang dilakukan TBM Pelita Ilmu oleh Pak Marzuki asal Kabupaten Tangerang setiap sabtu dan Minggu ini biasanya berkeliling di sekitar Kronjo dan  Kresek untuk bacaan gratis bagi anak-anak dan juga menerima sumbangan buku untuk TBMnya. Tak hanya Pak Marzuki, Sonil relawan Motor Literasi Himpunan Mahasiswa Tangerang (Himata) juga melakukan bacaan gratis bagi anak-anak setiap Sabtu dan Minggu dan banyak lagi relawan lainnya.

Hal seperti ini perlu di tingkatkan terus, sehingga bermunculan relawan pegiat literasi. Pak Andri dalam sambutannya mengeluhkan para pegiat literasi sudah bermunculan tetapi satu yang kurang adalah menulis, ia menginginkan para pengurus dan relawan menciptakan karya dari menulis, melukis, dan membuat komik. Ini salah satu kekurangan dari kami (FTBM Kab. Tangerang) menurutnya Membaca memang perlu tetapi lebih sempurna lagi bila menulis, meneruskan pesan para maolana membaca, menulis, belajar, mengajar.

Karena sesungguhanya orang yang menulis adalah orang-orang pemberani menurut Pramoedya Ananta Toer. Dengan menulislah orang-orang pemberani akan tumbuh seperti Prmaoedya Ananta Toer, Wiji Tukul, Abuya Hamka, dan lain-lain. Di FTBM Kab Tangerang ingin memunculkan orang-orang pemberani yang memiliki karya tulisnya. Setalah Pak Andri berkelana mencari guru menulis, ia bertemu dengan seorang perempuan berlatar belakang sastrawan, dia ikut serta menjadi relawan dan mengajarakan para pengurus TBM untuk  menulis.

Selama setengah jam kwongkong dan bertukar pikiran bareng bersama pengurus TBM, kami disuguhkan makan dari FTBM Kab Tangerang. Nikmat tiadatara makan bersama para pegiat literasi, ini menjadi momen yang tak bisa dilupakan. Selepas makan kami memberikan sumbangan buku dari KPK sebanyak 200 buku untuk FTBM Kabupaten Tangerang, lalu 1001 buku, dan alumni SMA 4 Jakarta pun ikut serta menyumbangkan buku.




Setelah itu, kami bergegas mengunjungi ke TBM-TBM di Kabupaten Tangerang seperti TBM Jawahirul Ulum yang dipelopori oleh Pak Azram yang berinisiatif menjadikan rumahnya menjadi TBM, kami singgah di TBM nya untuk memberikan buku sebanyak 50 buku. Lalu mengunjungi TBM Titian Ilmi yang didirikan oleh pasangan suami istri bernama Fatuhlloh dan Mulyati.

Di TBM Titian Ilmi, saya bercengkrama dengan Pak Fatah tentang proses TBM ini bisa didiriakan. Menurut Pak Fatah, bisa mendirikan TBM menular dari kaka iparnya yang juga pengurus TBM di sekitar Tangerang. Selain menular dari kaka iparnya, ternyata istri pak Fatah juga dahulunya seorang pengurus TBM di Kali Bata, Jakarta. Sehingga kedua suami istri ini berinisiatif mendirikan TBM di Kampung Lontar, Desa Lontar, Kec. Kemiri. TBM yang didirkan tahun 2016 ini, terbilang strategis tempatnya berada di pusat kampung, dekat dengan masjid, sekolah SD dan MA. Walapun tempatnya bekas garasi mobil tetapi anak-anak antusias datang untuk membaca, apalagi ketika Moli wati mengajak bermain anak-anak terlihat raut kebahagian dari wajah mereka. Kami pun memberikan 50 buku ke TBM Titian Ilmi.

Semua berawal dari keinginan yang besar untuk merubah generasi lebih baik dengan melalui TBM-TBM, dengan mendirikan bisa merubah generasi lebih baik. Dengan menyeruhkan ayat Al Quran yakni surat Al Alaq, yang berbunyi ‘Bacalah!’. Tuhan sudah menyuruh kita untuk membaca, karena dengan membaca orang akan tahu segalanya dan disempurnakan dengan menulis, karena dengan menulis memberikan manfaat kepada orang lain.

Banyak hal yang harus dilakukan salah satunya ikut serta dalam gerakan literasi untuk memberika virus-virus literasi agar gemar membaca dan menulis. Matahari sore yang menyongsong ke barat, lokasi terakhir yang mengunjungi TBM Nurul Ilmi berlokasi di Kecamatan Kronjo, dekat dengan pelabuhan tempat para nelayan singgah. Cukup menarik tempatnya dekat dengan laut dan juga jalur wisata ziarah yakni pulau cangkir, banyak orang lalu-lalang menggunakan kendaraan angkot maupun motor.

Waktu sudah menunjukan setengah empat, kawan-kawan Moli pun pamit untuk pulang menuju Serang. Udara sejuk di sore hari, kami disuguhkan sunset di hamparan sawah yang luas. Hari ini perjalanan yang sangat berharga, antusias para relawan pun terlihat ketika menyambut Moli cukup senang dan bahagia. Dari perjalanan ini banyak hal yang saya temukan saat Moli mengunjungi TBM-TBM di Kabupaten Tangerang, bertemu dengan para pegiat literasi yang terus bersemangat untuk menumbuhkan minat baca di Banten.

You May Also Like

0 komentar