CELBEKA
“PING..PING..PING,” suara BBM bunyi
.
Untuk aloemni SDN 03 angkatan
2003, Sabtu tanggal 07 maret 2015 kita kumpul di BSD Square, harap hadir yah J, sambil baca BBM dalam hati.
Kebetulan banget momentnya so,
lagi libur soalnya, gumam dalam hatinya Roy. Dengan tampang senengnya sampai-sampai
guling nggak karuan diatas kasur, saking senengnya keplesetlah ia jatuh dari
kasur. Gubrakk, Roy pun garuk-garuk kepala entah gatal atau sakit antara
dua pilihan, saking nggak sabar ingin melihat tampang muka temen-temennya
yang dulu masih ingusan, rambut di belah tengah mirip band Peterpan. Ah, roy
pun jadi teringat masa dulunya.
Setelah jatuh dari kasur, roy pun bangun dengan mengang kepalanya
yang sempat terpentok oleh bangku dengan lemas ia mengambil hp dan membalas
pesannya.
”Siap broo.. siapin ajah karepet
warna merah haa,” bales Roy dengan candanya.
“Tenang ajah, karpet di musholah
banyak,” ujar Ryan salah satu teman yang dulunya pendiam di kelas ini.
Sewaktu di SD Roy ini salah satu seorang anak dari guru killer,
almrhum bapaknya yang mengajar pelajaran pendidikan agama islam. Maka dari itu
teman-temannya selalu inget sama Roy, saking kenal Roy jadi primadona cewek-cewek
di kelasnya. Tapi sayang dari banyak cewek yang dekat sama Roy hanya satu cewek
yang menurutnya indah di matanya yang dulu pernah menjadi pacarnya. Ciee
“Love U SDN 03,” triak nggak jelas di dalam kamarnya.
Sampai emaknya ngomel..
“Woy, tong ngapain triak, udah kaya orang kesambet,” ucacp emaknya
dengan logat Betawi.
“Kaga nape mak, aye lagi latihan vokal.” Saut Roy dalam kamar.
Jarang-jarang Roy bisa kumpul bareng
sama kawan SD nya, biasa Roy ini salah satu orang yang super sibuk kegiatan
kampus di daerah sebarang, sehingga jarang sekali ia bertemu dengan teman
alumni SD nya. Bisa di bilang setahun
sekali, walapun rumah Roy berdekatan dengan teman-temannya. Jadi wajarlah kalau
sekali berkumpul sama teman lama tuh, gimana gitu. Kaya ada manis-manisnya gitu.
Eitss, entah kalau reuni SD tuh, Roy berubah menjadi gugup bila
bertemu dengan teman-temannya. Seperti orang yang lagi ditilang sama Pak
Polisi, gitulah gambarannya. Gugup karena nanti bakalan muncul pertanyaan yang
tidak lazim bagi Roy, pertanyaan seperti,”kuliah atau kerja”, mungkin itu
wajar. Yang kedua ini ”udah punya pacar atau belum,” pertanyaan macam apa ini. Arghhh
Di hari itu pun Roy berangkat dengan
semangatnya, sambil ia memikirkan jawaban dari pertanyaan yang membuat dirinya
gugup. Dan ternyata firasat Roy tepat banget, nggak melenceng. Setelah Roy
menapaki kakinya di tangga terakhir dengan wajah bercucuran keringat sambil menoleh
kanan-kiri mencari dimana tempat kumpulnya.
“Hay Roy, disini.” Ucap datar perempuan berambut panjang sambil melambaikan
tangannya.
Roy pun mendekati arah lambaian tangan tersebut.
Setelah mendekat ternyata perempuan yang dulu sewaktu SD suka
mencubitin pipinya sekaligus sahabat akrab perempuan. Ia pun duduk dengan
santai, tiba-tiba arah mata teman-temannya menatap tajam kepadanya. Entah, kaget
atau apalah-apalah.melihat muka Roy yang dulu imut tetap awet sampai sekarang. Eyaaa
Yah, beruntungnya waktu itu tempatnya
sepi pengunjung jadi hanya teman Roy yang memenuhi tempat duduk. Sambil muka
yang bercuran keringat akibat tatapan muka yang mengerikan bak singa yang akan
memakan mangsannya, Roy hanya menunduk dan berserah diri kepada Allah. Eh,
maksudnya diam tanpa kata.
“Wiih Roy, udah berubah amat
mukanya, bukannya pas waktu SD imut-imut gitu,” kata Ay salah satu teman
ceweknya yang dulu cerewet banget.
“Ah bisa ajah Ay,” jawab Roy
malu-malu kucing.
“Tapi sekarang, ko ngak imut-imut
lagi.”
Oke jangan diterusin lagi, pasti sudah
tahu apa jawabanya.
Nah
pertanyaan yang terakhir ini yang seharusnya ditanyakan untuk kaum jomblo
seperti Roy.
“Roy ko, nggak bawa pacarnya sih,”
sambil senyum jahat.
“…,” ia terdiam sejenak.
“Roy ko, nggak dijawab,”
“Gue kga punya pacar Ay”, dengan nada
lemes pasrah tak berdaya.
Tiba-tiba suasana hening tanpa suara, semua mata terarah kepada Roy
dan teman yang disampingnya sambil menepuk pundaknya.
“Sabar yah, Roy temen lo mah emang kelakukannya gitu,” sambil menahan
tawa.
Serasa pertanyaan itu menonjok-nojok Roy. Untungnya waktu itu baru
empat cewek dan satu cowok teman Roy. Otomatis teman satu kelas SD kenal, soalnya
ia pindah dari kelas A ke kelas B, jadi masih kenal sedikit, maklumlah Roy
artis waktu di SD nya.
Alhasil dari kelas A dan B pasti kenal sama Roy, apalagi salah satu
yang menyapa Roy pertama dateng dengan lambaikan tangan. Salah satu musuh waktu
di kelas A yang sering nyubittin, dibully, dan siksaan lainnya. Ia pun aggak
kaget melihat muka teman-temannya udah berubah, dari waktu SD nya jelek. Upss, tapi pas udah besarnya
pada cantik ama ganteng. Satu persatu teman-temannya berdatangan suasana pun
menjadi ramai.
Eh, ada teman nyeltuk ke Roy.
“Kenapa Roy lemes amat, tenang ajah
sih. Si itu datang ko,” celetuk Tuty yang dulu sering dikatain Tukang Tipu
(singkatan namanya ).
“Nah lho, siapa kali loe ada-ada
ajeh,” ujar Roy dengan pipi yang memerah.
Seolah-olah siksaan Roy tak henti sampai disitu, sekarang mulai
memojokannya lagi. Ah kamfrett nih, malah mojokin gue lagi sama si itu,
gumam Roy dalam hati. Emang si Tuty ini teman akrabnya si itu sebaku dan
seperjuangan. Jadi tahu seluk beluknya dulu Roy sama si itu sampai awal dan
akhir kisah cinta Roy. Ia pun mengelus dada setelah mengingat moment tersebut.
Roy hanya terdiam tanpa kata, akhirnya suasana aggak mereda adem.
Nah lho, si Tuty yang tadinya memojokan Roy berganti Tuty yang sekarang
dipojokan sama teman-teman.
“Ciee..ciee.. Tuty ada Ryan tuh
dateng,” celoteh si Ay.
“Apa sih loe, biasa ajah kali,”
nampakin wajah kemerahan-merahan gitu, entah nahan malu atau lagi nahan kentut.
Haha, hayo lho ke pojok juga tut,
ngomong dalam hati. Beralih ke topik yang lain, ada yang bernostalgia sewakut
masih berseragam putih merah dengan segala kelucuan semasa itu dari namanya
tawuran sesama SD sampai kisah cinta sekelas pun mewarnai cerita pertemuan saat
itu.
Canda dan tawa disore seakan tak
akan lengkang oleh waktu, serasa tak mau berputar maju, walapun hanya beberapa
yang hadir tapi tidak menyurutkan teman untuk enggan bertemu karena memang sebagian
juga sudah mengurus keluarga, jadi tak sempat datang. Tak terasa waktu kian
gelap, akhirnya kita pindah ke bawah di air mancur dekat KFC BSD Square.
Setelah itu berbicang untuk pertemuan selanjutnya ngumpul-ngumpul,
“Jangan lama-lama sih, menimal
sebulan sekali gitu,” timpal Rehsa berbadan gembul itu.
“Iyah tuh, bener kata Rehsa,” teriak
teman-teman setuju.
“Yah sudah, kita kumpul lagi nanti
pas puasa gimana, mau?”
Dan akhirnya kita ketemu lagi pas
bukber puasa. Tiba-tiba dikegelapan datang seorang cewek dengan berkerudung ijo
tua dengan motif batik, semakin penasaran Roy siapa yang ada dikegelapan itu
jangan… jangannn.
Ternyata yang dateng Fita. Waduh
kayanya dia dateng dewekan pasti jomblo nih, gumam sambil senyum kegirangan
gitu. Jiah mulai dah, berkoar lagi setelah datangnya Fita semua tatapan matanya
beralih ke Roy
“Ciee..ciee Roy seneng banget nih, Fita
dateng,” si Tuty sama Ay mulai manas-mansin lagi.
“Apan sih, lo berdua biasa jah kali.”
Sambil salaman sama si Fita dengan leparkan senyuman kepada Roy.
Hati Roy pun serasa ada sesuatu yang
bahagia yang tak karuan, ulala. Roy dan Fita saling berdiam-diaman, memang kita
saling malu-malu dulu. Saat bertemu lagi seperti pertama kali kita pacaran
sewaktu SD. Suasana hening antara kita pun terpecah saat Fita mengalawi
pembicaran dengan suara yang pelan dengan menengok kesebelah bangku Roy.
“Eh roy apa kabar?” sapanya.
“baik ko, gimana kabarnya?”
“Alhamdulilah baik” sambil ke tempat
duduk dekat si tuty.
Waduh rasanya kaya nano-nano gitu, Roy
mulai senyum kaga jelas mungkin ini rasanya ketemu mantan SD, cewek pertama
kali nembak Roy. Entah seimut itu kah Roy ditembak cewek. Silakan kalau yang
mau muntah.
Roy terdiam beberapa detik, mungkin
saking groginya.
“Cie Roy tadi mah diem ajah,
sekarang senyum-senyum pas datang si Fita,” celetuk tuty
Ah sial, ganggu ajah nih kalau
orang lagi seneng, ngomong dalam hati. Tiba-tiba ada suara yang mengarah ke
Roy, dan ternyata asal suara itu dari Fita nanya ke Roy melanjuti perbincangan
tadi yang sempat macet dijalan.
“Roy sekarang kuliah dimana,” tanya Fita.
“Di Serang nih,” sambil geser
bangku, *modus
“Oh gak mondok lagi Roy,”
“Ngak, udah puas 6 tahun,”
Hingga
beberapa kali Roy becakap-cakap dengannya. Eh, karena waktu memisahkan, jiahhh.
“Hayo dund Roy, foto bareng si Fita,”
celetuk si Ai
”Jangan Ai, jangan pake Handphone
gue.” Samber Fita
Waduh firasatnya kaya Fita udah
punya deh.
Woow asik dah, setelah memaksa akhirnya foto berdua juga, dengan senenganya. Setelah itu firasat Roy makin yakin bahwa Fita
sudah punya cowok, ketika ada laki-laki dateng berbaju kemeja putih. Pas bisik
teman dan ternyata pacarannya Fita, dan Roy hanya terdiam tanpa kata. Meratapi
musibah yang ada di depan matanya. Hiks...hiks…
Tapi tak apa lah, yang penting dapet
foto berdua. Kesempatan yang ngak dateng dua kali, mungkin kebahagian kali ini terpisahkan dengan waktu yang mulai
larut malam yang mulai gelap dan semakain ramai dengan anak muda pada malam
minggu itu, akhirnya dengan muka bahagia kita semua kembali ke rumahnya
masing-masing.
0 komentar