Dilema IBF, Aku atau Kamu?



            Islamic Book Fair (IBF) merupakan acara yang dinanti-nanti oleh masyarakat Indonesia untuk berburu buku-buku dengan harga yang mengoyangkan isi dompet. Tahun ini kedua kalinya aku mengikuti acara IBF, tetapnya Minggu (6/3) kemarin. Aku dan teman-teman berangkat menggunakan kereta api.
Waduh, ini kali pertama saya menggunakan kereta dari stasiun Serang, gumam saya dalam hati.
Pasalnya, aku nggak tahu rute untuk sampai ke Senayan,  dengan menggunakan kereta api.
Takutnya bablas ken berabe (Susah). Aku pun berinisiatif mengajak Zaenal, karena memang dia asli Jakarta. Menurut aku berguna untuk petunjuk jalan.
            “Nal, besok jadi guide. Tahuken rutenya pas di Jakarta?” tanyaku.
            “Gimana yah? Yaudah, oke.” ucap Zaenal dengan santai.
            Karena Zaenal sudah siap menjadi guide, hari Minggu kita berangkat. Walapun agak sedih meninggal acara ulang tahun Rumah Dunia ke-14. Aku dan teman-teman acara ini sudah direncanakan dari jauh-jauh hari, jadi hari Minggu kita kompak berangkat. Sudah terlanjur, pas H-2 keberangkat baru dikasih tahu ada acara ulang tahun Rumah Dunia, dan ini harus ada yang di korbankan. Maka pilihan ku dan teman-teman berangkat  ke IBF.
            “Gimana teman-teman besok kita berangkat setengah tujuh sudah ada di stasiun, yah,” Tutur ku memberikan info di whatssap dan facebook.
            “Oke, komandan,”
            “Oke, Kak,”
            “Oke, Kapten.”
            Berbagai jawaban pun diungkapkan teman-teman Kmrd 27. Aku pun langsung mempelajari rute-rute mana saja yang akan dilewati. Dengan bantuan google map seengganya bisa membantu. Menurutku, setelah mempelajari rutenya. Mungkin, untuk berngkat ke sana tidak terlalu sulit tetapi sebaliknya untuk balik pulang. Karena memang kereta arah pulang habis di jam 3 sore, jam segitu mungkin tidak cukup lama untuk muter-muter di Senayan. Akhirnya kita memilih pulang menggunakan bis.
            Keesokan paginya tepatnya jam 07.30 WIB, kita berangkat menggunakan kereta api ekonomi Banten Express jurusan Merak-Angke ongkos Rp8000. Perjalanan pun dimulai dari stasiun ke stasiun kita lewati, sesakali menoleh ke jendela kereta, mataku dimanjakan dengan sawah hijau yang mempesona terbentang luas. Semoga perjalanannya lancar dan aman, gumam dalam lamunanku.
            Ketika melihat jam sudah mengarah angka 10.12 WIB, kita siap-siap karena kereta akan berhenti di Stasiun Palmerah tempat kita berhenti. Tutt..tuuttt..tuuttt, suara kereta api. Kereta pun berhenti, kita bergegas turun satu persatu teman-teman mulai turun, walapun harus berhimpitan dengan orang banyak. Bergegas  kita keluar dari stasiun dan menuju Istora Senayan.
Untuk sampai kesana kita harus berjalanan beberapa meter dari stasiun. Huftt, tak apa hitung-hitung olahraga. Langkah demi langkah melewati gedung-gedung tinggi yang menjulang tinggi di kanan kiri.
            Setelah berjalan 10 menit, kita sampai di gerbang utama stadion Gelora Bung Karno. Hawa nafsu untuk memangsa buku pun sudah tak sabar. Karena yang ikut ada 15 orang, lebih  enak di bagi menjadi dua kelompok antisipasi tidak terpencar kemana-mana. Lima belas orang ini pun di bagi menjadi beberapa kelompok, lalu langsung berpencar memburu buku-buku yang disedikan di stand.
Beginilah kalau banyak buku-buku yang dijual dengan harga yang mengoyangkan isi dompet pasti dilema antar buku yang satu dengan buku lainnya. Huft, baru berjalan berapa stand buku-buku yang ditaruh di depan stand seperti buku-buku memanggil saya, hayo iyoey beli saya. Buku-buku itu melambaikan tangannya kepada saya.
            Tidak..tahan iyoey, buku-buku itu bukan buku yang kau cari, tatapkan ku berpaling menghindari buku-buku. Aku pun lanjut terus mencari buku yang cocok, hampir semua stand-stand dilewati tapi tak ada yang cocok. Tiba-tiba berhenti sejenak di salah satu stand sepertinya cover hitam putih bergambar Albert Enstien dan Ghandi cukup menarik perhatian.
Tetapi disatu sisi hati ku tergoyah dengan buku berwarna hijau berjudul Journey Love#2 yang juga menarik hati. Aku pun terdiam sambil memengang dua buku antar cerita sekolah dan Journey Love#2. Akhirnya harus memutuskan memilih satu buku yaitu buku Journey Love#2, soalnya senang dengan jalan-jalan.
 Apa boleh buat memilih membaca wisata Indonesia dalam satu buku cukup menarik. Aku pun menenteng dua buku yang bergambar Enstein dan Journey Love#2, rasanya tak sanggup meninggalkan buku yang satu. Dengan jalan pelan-pelan menuju kasir sambil menatap buku itu dikerumbulan orang yang menyergap buku-buku. Aku langsung menuju kasir untuk membayar dua buku yang dibawa agar sah menjadi hak milik. Akhrinya saya meninggalkan tempat buku sambil melambaykan tangan sambil memandang tukang kasirnya, da..da..dah.

You May Also Like

0 komentar